Teknologipangan.umsida.ac.id – Siapa sangka limbah kulit nanas yang selama ini hanya dianggap sampah, ternyata menyimpan potensi luar biasa sebagai minuman probiotik yang menyehatkan.
Inilah yang dibuktikan oleh mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) melalui riset bertajuk Kombucha Sari Kulit Nanas.
Riset ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi pangan tidak selalu harus mahal dan rumit, tetapi bisa dimulai dari hal sederhana seperti mengolah limbah buah menjadi produk bernilai gizi dan ekonomi tinggi.
Inovasi ini muncul dari keprihatinan terhadap banyaknya limbah organik yang belum termanfaatkan secara optimal. Kulit nanas, yang menyumbang hampir separuh bagian dari buahnya, biasanya hanya berakhir di tempat sampah. Padahal, bagian ini kaya nutrisi dan memiliki manfaat kesehatan tinggi.
Dengan pendekatan fermentasi menggunakan kultur bakteri dan ragi atau SCOBY (Symbiotic Culture of Bacteria and Yeast), mahasiswa Umsida menyulap sari kulit nanas menjadi minuman kombucha yang menyegarkan dan bergizi.
Dari Limbah Jadi Inovasi Bernutrisi
Dalam proses riset, tim mahasiswa Teknologi Pangan Umsida menemukan bahwa sekitar 47 persen dari berat buah nanas terdiri atas kulit dan inti yang kerap terbuang.
Padahal, bagian tersebut mengandung karbohidrat sebesar 17,53 persen, serat kasar 20,87 persen, protein 4,41 persen, dan glukosa 17 persen. Selain itu, terdapat pula senyawa bioaktif seperti flavonoid, bromelain, tanin, oksalat, dan enzim-enzim alami.
Melalui proses fermentasi dengan kultur SCOBY, sari kulit nanas diproses menjadi minuman kombucha yang kaya akan probiotik, enzim, dan antioksidan. Kombucha dikenal luas karena manfaatnya dalam meningkatkan kesehatan pencernaan, daya tahan tubuh, serta menurunkan risiko peradangan dalam tubuh.
Dalam uji fisik produk, kombucha kulit nanas juga menunjukkan karakteristik menarik seperti pembentukan pelikel (lapisan SCOBY) yang dipengaruhi oleh konsentrasi sukrosa, serta tingkat padatan terlarut (TPT) yang mencerminkan kualitas fermentasi.
“Produk ini bukan hanya sehat, tapi juga bagian dari solusi terhadap masalah lingkungan. Limbah yang biasanya dibuang begitu saja, kini bisa dimanfaatkan menjadi produk fungsional,” ujar dosen pembimbing dari Prodi Teknologi Pangan Umsida.
Lebih dari Sekadar Minuman Fungsional
Tak hanya menyehatkan, produk ini juga membawa pesan penting soal keberlanjutan lingkungan. Dengan memanfaatkan kulit nanas sebagai bahan utama, riset ini mendukung prinsip zero waste atau tanpa limbah, sekaligus menjadi penerapan nyata dari ekonomi sirkular.
Enzim bromelain yang terdapat dalam kulit nanas bahkan diketahui memiliki aktivitas lebih tinggi dibandingkan daging buahnya, dan dapat membantu proses pencernaan serta meredakan peradangan.
Tim riset menamai produk ini Pineapple Skin Kombucha, sebagai bentuk branding awal yang diharapkan bisa dikembangkan menjadi produk komersial.
Dalam pengembangan berikutnya, mereka menargetkan produk ini bisa bersaing di pasar minuman kesehatan dengan pendekatan green innovation dan konsep ready to drink yang praktis.
“Minuman ini menjadi bukti bahwa inovasi bisa lahir dari bahan yang sering diremehkan. Kami ingin mengajak masyarakat untuk lebih sadar bahwa keberlanjutan pangan bisa dimulai dari dapur rumah sendiri,” ujar salah satu anggota tim riset.
Menuju Kemandirian Pangan Melalui Inovasi Lokal
Riset ini telah dipublikasikan di Jurnal Academia Open Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Vol. 8 No. 2 Tahun 2023 dan juga diperkenalkan kepada publik melalui media sosial resmi @tpumsida.
Respons positif terus berdatangan, baik dari kalangan akademisi, pelaku UMKM, maupun masyarakat umum yang mulai tertarik pada konsep minuman sehat berbasis limbah organik.
Program Studi Teknologi Pangan Umsida sendiri terus mendorong mahasiswa untuk melakukan riset yang aplikatif dan berdampak nyata bagi masyarakat.
Melalui pendekatan ilmiah, mahasiswa diajak untuk menjadi agen perubahan dalam mewujudkan kemandirian pangan nasional yang ramah lingkungan.
“Ini bukan hanya tentang minuman kombucha, tetapi tentang cara berpikir baru dalam menghadapi persoalan pangan dan lingkungan. Mahasiswa harus punya keberanian untuk menciptakan solusi, bukan hanya mempelajari teori,” tambah dosen pembimbing.
Dengan semangat inovasi dan keberlanjutan, Umsida membuktikan bahwa riset di kampus bukan hanya untuk memenuhi tugas akademik, tetapi juga dapat menjadi kontribusi nyata bagi kehidupan.
Kombucha sari kulit nanas kini menjadi salah satu contoh sukses bagaimana kreativitas, ilmu, dan kepedulian terhadap lingkungan bisa bersatu dalam sebuah produk yang sehat, fungsional, dan memiliki nilai ekonomi tinggi.