Inovasi Pangan Fungsional: Pemanfaatan Daging dan Kulit Bligo dalam Pembuatan Puding

Teknologipangan.umsida.ac.id – Dalam dunia pangan modern, inovasi menjadi kunci untuk menciptakan produk yang bernilai gizi tinggi sekaligus menarik bagi konsumen. Penelitian terbaru oleh tim dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo telah menunjukkan potensi besar buah bligo (Benincasa hispida) sebagai bahan baku puding yang inovatif. Dengan memanfaatkan baik daging maupun kulit buah bligo, penelitian ini mengeksplorasi pengaruh proporsi bahan terhadap karakteristik organoleptik puding, seperti warna, aroma, tekstur, dan rasa.

Mengenal Buah Bligo dan Potensinya

Bligo, yang termasuk dalam keluarga Cucurbitaceae, telah lama dikenal sebagai tanaman fungsional dengan banyak manfaat kesehatan. Tidak hanya daging buahnya, kulit dan biji bligo juga memiliki khasiat seperti melancarkan buang air kecil, meredakan radang ginjal, hingga menjadi obat tradisional untuk batuk. Sayangnya, pemanfaatan bligo dalam industri pangan masih tergolong minim.

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan bligo sebagai bahan dasar puding, produk yang disukai masyarakat karena tekstur lembutnya dan rasa manis yang khas. Dalam upaya ini, berbagai proporsi daging dan kulit bligo diuji untuk menentukan formula terbaik yang memenuhi preferensi konsumen.

Proses Pembuatan dan Pengujian Puding Bligo

Penelitian melibatkan enam perlakuan proporsi daging dan kulit bligo, yaitu:

  • P1 (100% daging, 0% kulit)
  • P2 (80% daging, 20% kulit)
  • P3 (60% daging, 40% kulit)
  • P4 (40% daging, 60% kulit)
  • P5 (20% daging, 80% kulit)
  • P6 (0% daging, 100% kulit)

Proses pembuatan puding meliputi pencucian dan pemisahan daging serta kulit bligo, pemotongan bahan sesuai ukuran, penghalusan, hingga pencampuran dengan bahan lain seperti gula, susu, garam, dan agar-agar. Campuran tersebut kemudian dimasak hingga mendidih sebelum dituangkan ke dalam cetakan untuk dibekukan.

Hasil Pengujian Organoleptik

Penilaian organoleptik dilakukan oleh 30 panelis menggunakan metode hedonik dengan skala 1 hingga 5 (sangat tidak suka hingga sangat suka). Hasilnya menunjukkan bahwa proporsi bahan memengaruhi karakteristik puding secara signifikan:

  1. Warna:
    Proporsi kulit bligo yang lebih tinggi memberikan warna hijau yang menarik, dengan nilai tertinggi pada P5 (20% daging, 80% kulit). Warna hijau ini disukai panelis karena memberikan kesan segar dan alami.
  2. Aroma:
    Aroma terbaik ditemukan pada P6 (0% daging, 100% kulit), yang disebabkan oleh kulit bligo memberikan aroma segar yang unik. Proses pemanasan sedikit mengurangi aroma alami daging bligo.
  3. Tekstur:
    Puding dengan tekstur terbaik ditemukan pada P3 (60% daging, 40% kulit). Tekstur ini dinilai halus, lembut, dan kenyal, memenuhi ekspektasi konsumen terhadap puding tradisional.
  4. Rasa:
    Puding dengan rasa terbaik juga ditemukan pada P3. Rasa manis yang lembut dari daging bligo berpadu sempurna dengan rasa kulit bligo, menciptakan keseimbangan yang disukai panelis.

Kesimpulan dan Implikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi daging 60% dan kulit 40% (P3) adalah formula terbaik untuk menghasilkan puding bligo dengan nilai organoleptik tinggi, terutama pada tekstur dan rasa. Formula ini membuka peluang besar untuk mengembangkan produk berbasis bligo yang tidak hanya enak tetapi juga kaya manfaat kesehatan.

Pemanfaatan kulit bligo dalam pembuatan puding tidak hanya meningkatkan nilai gizi produk tetapi juga mendukung prinsip keberlanjutan dengan memanfaatkan bagian buah yang biasanya terbuang. Dengan penambahan bahan seperti pewarna alami dan perisa, puding bligo dapat lebih menarik bagi konsumen luas.

Masa Depan Inovasi Pangan dengan Bligo

Penelitian ini memberikan wawasan penting tentang bagaimana bahan lokal seperti bligo dapat dimanfaatkan untuk menciptakan produk inovatif di industri pangan. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan formulasi produk yang lebih variatif, seperti puding instan atau varian rasa, untuk memenuhi kebutuhan pasar modern.

Dengan inovasi berkelanjutan, bligo berpotensi menjadi bintang baru dalam dunia pangan fungsional, menghadirkan manfaat kesehatan dan kelezatan dalam setiap gigitan.

Sumber: Jurnal, Freepik

Penulis: Ifa