Umsida.ac.id – Dalam beberapa tahun terakhir, isu keamanan pangan dan kehalalan produk pangan menjadi perhatian utama di Indonesia, khususnya untuk produk daging sapi. Kecemasan masyarakat terhadap kehalalan dan keamanan produk daging tidaklah tanpa alasan. Banyaknya kasus produk daging yang terpapar kontaminasi atau tidak sesuai dengan standar halal menjadi masalah yang tidak bisa diabaikan. Untuk menjawab tantangan ini, sebuah riset yang melibatkan teknologi terbaru, yaitu blockchain, diusulkan untuk memperkuat sistem pengawasan dalam rantai pasok daging sapi.
Blockchain Sebagai Solusi untuk Pengawasan Keamanan dan Halal
Rantai pasok daging sapi melibatkan berbagai tahapan, mulai dari peternakan, penyembelihan, pengemasan, distribusi, hingga penjualan kepada konsumen. Setiap tahapan tersebut berisiko terhadap kualitas dan kehalalan produk yang sampai di tangan konsumen. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia membutuhkan sistem yang transparan, aman, dan dapat dipercaya untuk memastikan bahwa produk daging yang dijual kepada masyarakat benar-benar aman dan sesuai dengan ajaran agama.
Riset yang dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) mengusulkan penerapan teknologi blockchain dalam rantai pasok daging sapi. Teknologi ini, yang awalnya dikenal di dunia cryptocurrency, kini mulai diterapkan di berbagai sektor industri, termasuk pangan. Dengan menggunakan blockchain, setiap tahapan dalam rantai pasok daging sapi dapat tercatat secara transparan, aman, dan terhindar dari manipulasi data. Setiap transaksi, mulai dari pemotongan hewan hingga distribusi ke pasar, akan tercatat dalam blok yang tidak dapat diubah, memberikan kepercayaan lebih kepada konsumen.
Mengapa Blockchain?
Blockchain memiliki beberapa keunggulan yang sangat sesuai untuk diterapkan dalam rantai pasok pangan, terutama dalam mengawasi kehalalan dan keamanan produk. Salah satu fitur utama dari blockchain adalah sistem desentralisasi, yang memungkinkan setiap pihak dalam rantai pasok memiliki akses yang sama terhadap data yang tercatat tanpa bisa memodifikasi atau menghapusnya. Hal ini menjadikan blockchain sangat efektif dalam mengatasi masalah transparansi.
Selain itu, blockchain juga mendukung sistem pelacakan yang lebih efisien. Konsumen dapat dengan mudah memverifikasi asal-usul produk, mulai dari peternakan tempat sapi dipelihara, proses penyembelihan yang sesuai dengan syariat Islam, hingga distribusi ke pengecer atau supermarket. Dengan demikian, konsumen tidak hanya merasa aman, tetapi juga dapat memastikan bahwa daging yang mereka beli benar-benar halal dan aman untuk dikonsumsi.
“Dengan menerapkan blockchain, kita dapat memastikan bahwa seluruh rantai pasok daging sapi dapat dipantau dengan cermat, dari proses penyembelihan hingga produk sampai ke konsumen. Teknologi ini membantu kita menjaga kehalalan dan keamanan daging sapi, yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia,” jelas salah satu peneliti dari UMSIDA.
Risiko dan Tantangan yang Dihadapi Rantai Pasok Daging
Sebelum teknologi blockchain diterapkan secara luas, penelitian ini juga mengidentifikasi berbagai risiko yang ada dalam rantai pasok daging sapi. Menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), riset ini mengungkapkan lebih dari 30 risiko yang dapat mengancam keamanan dan kehalalan produk daging. Beberapa di antaranya termasuk tidak adanya sertifikasi halal pada produk daging, ketidaksesuaian prosedur penyembelihan dengan syariat Islam, hingga penggunaan bahan tambahan yang tidak sesuai dengan standar halal.
Dengan adanya teknologi blockchain, pengawasan terhadap setiap risiko ini menjadi lebih mudah dilakukan. Setiap tindakan dalam rantai pasok daging dapat dilacak secara real-time, memastikan bahwa produk yang sampai ke tangan konsumen telah memenuhi standar yang ditetapkan.
Namun, penerapan blockchain dalam rantai pasok daging sapi juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya adalah kebutuhan akan infrastruktur teknologi yang memadai di setiap tahapan rantai pasok. Peternakan, rumah pemotongan hewan, dan distribusi harus memiliki sistem yang dapat terhubung dengan blockchain untuk memastikan semua data dapat tercatat dengan akurat. Selain itu, edukasi kepada pelaku industri dan masyarakat mengenai manfaat dan penggunaan blockchain dalam pengawasan kehalalan dan keamanan daging juga menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Implikasi Penggunaan Blockchain untuk Kepercayaan Konsumen
Kepercayaan konsumen adalah faktor kunci dalam industri pangan, terutama untuk produk yang memiliki nilai religius seperti daging sapi halal. Dengan adanya sistem yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan seperti blockchain, konsumen akan merasa lebih aman dalam memilih produk daging sapi. Mereka tidak hanya mempercayakan kesehatan mereka, tetapi juga menjalankan keyakinan agama mereka dengan lebih yakin.
Teknologi blockchain juga berpotensi untuk meningkatkan efisiensi operasional dalam rantai pasok daging sapi. Dengan sistem yang lebih terorganisir dan transparan, proses distribusi dapat dilakukan lebih cepat dan lebih efisien, mengurangi kemungkinan produk daging rusak atau terkontaminasi dalam perjalanan. Hal ini tentu akan berpengaruh pada penurunan biaya operasional dan peningkatan kualitas produk yang dijual kepada konsumen.
“Transparansi yang diberikan oleh blockchain akan membawa dampak positif pada industri pangan, khususnya bagi konsumen Muslim. Dengan informasi yang jelas mengenai asal-usul dan proses pengolahan daging, kita dapat membangun kembali kepercayaan publik terhadap produk pangan yang beredar di pasar,” kata seorang pakar keamanan pangan.
Kesimpulan
Penerapan teknologi blockchain dalam rantai pasok daging sapi adalah langkah maju untuk menjamin keamanan dan kehalalan produk yang sampai ke tangan konsumen. Dengan sistem yang lebih transparan, aman, dan efisien, blockchain dapat menjadi solusi efektif dalam mengatasi berbagai masalah yang ada dalam pengawasan pangan halal. Meskipun masih ada tantangan dalam penerapannya, teknologi ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas dan kepercayaan konsumen terhadap produk pangan, khususnya daging sapi. Teknologi ini tidak hanya akan membawa perubahan dalam pengawasan pangan, tetapi juga memberikan dampak positif dalam menjaga kesehatan masyarakat dan keberlanjutan industri pangan di Indonesia.