Teknologipangan.umsida.ac.id – Tanaman tradisional Indonesia, termasuk rempah-rempah, biji-bijian, dan biji-bijian, telah lama digunakan dalam pengobatan dan untuk konsumsi sehari-hari. Namun, bahan-bahan ini baru-baru ini muncul kembali dan dianggap sebagai pesaing superfood baru yang hebat untuk produk impor seperti kale, chia seed, dan quinoa. Dengan tren gaya hidup sehat yang tumbuh pesat di kalangan Generasi Z dan minat masyarakat yang meningkat terhadap produk local.
Industri pangan dan peneliti telah dipaksa untuk memanfaatkan sepenuhnya sumber daya makanan lokal. Teknologi pangan sekarang memungkinkan bahan lokal untuk diteliti, dikembangkan, dan dipasarkan sebagai alternatif. Ada juga makanan praktis yang tidak hanya mengandung banyak nutrisi tetapi juga menghasilkan keuntungan finansial bagi petani dan UMKM. Fenomena ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama di pasar makanan ringan global.
Kebangkitan Superfood Nusantara di Era Gaya Hidup Modern

Produk impor yang dianggap lebih sehat dan kontemporer telah mendominasi konsumsi superfood di Indonesia selama bertahun-tahun. Namun, dalam lima tahun terakhir, banyak produk lokal mulai menarik perhatian karena kampanye keberlanjutan, keaslian rasa, dan kandungan gizi yang kaya. Misalnya, porang, yang dulunya tidak terlalu dikenal, sekarang menjadi perhatian global karena digunakan sebagai bahan untuk mie dengan kalori rendah dan sebagai pengganti berbagai produk gandum.
Selain itu, sorgum, yang kaya akan serat, menjadi populer sebagai pengganti beras dan ideal untuk mereka yang memiliki diabetes atau ingin menjalani pola makan rendah gula. Di sisi lain, biji-bijian dan umbi lokal seperti jewawut, talas, hingga gembili kembali dipromosikan oleh komunitas pangan sehat karena kandungan karbohidrat kompleksnya yang tinggi serta daya cerna yang baik. Generasi muda yang semakin sadar terhadap isu kesehatan pun turut memperkuat tren ini melalui media sosial. Banyak kreator makanan membuat konten tentang resep smoothie bowl, granola, atau camilan sehat berbahan dasar kelor, biji alpukat, atau tepung mocaf.
Peran Teknologi Pangan dalam Mengangkat Nilai Bahan Lokal

Keberhasilan pengembangan superfood lokal tidak bisa dilepaskan dari peran teknologi pangan. Melalui proses pengolahan yang tepat, bahan baku tradisional dapat ditingkatkan umur simpannya, diperbaiki kualitas nutrisinya, bahkan diubah menjadi produk inovatif yang disukai pasar. Salah satu contohnya adalah pengolahan kelor menjadi bubuk instan yang tahan lama dan mudah diaplikasikan pada minuman, makanan ringan, atau produk suplemen.
Teknologi pengeringan juga memungkinkan buah-buahan lokal seperti mangga, nangka, dan salak menjadi snack sehat yang cocok dipasarkan secara global. Di bidang tepung alternatif, teknologi fermentasi membantu meningkatkan kualitas tepung mocaf sehingga dapat digunakan pada roti, kue, hingga mie sehat. Tak hanya itu, teknologi ekstraksi juga memberikan peluang besar bagi pengembangan bahan fungsional dari rempah-rempah seperti jahe, kunyit, temulawak, hingga kayu manis yang sejak dahulu memiliki nilai medis.
Ekstrak ini bisa diformulasikan menjadi minuman kesehatan, makanan fungsional, ataupun suplemen harian yang diminati pasar urban dan milenial. Dengan inovasi teknologi pangan, potensi bahan baku lokal tidak hanya berhenti pada tingkat komoditas, tetapi naik kelas menjadi produk bernilai tinggi. Ini berarti manfaatnya menyentuh berbagai lapisan: konsumen mendapatkan produk sehat, UMKM memperoleh peluang bisnis, petani mendapatkan harga lebih baik, dan industri pangan nasional semakin mandiri.
Potensi bahan baku lokal sebagai superfood baru bukan sekadar tren sesaat, tetapi peluang jangka panjang untuk membangun kemandirian pangan Indonesia. Melalui kolaborasi antara peneliti, UMKM, petani, hingga generasi muda kreatif, bahan-bahan lokal dapat menjadi ikon baru gaya hidup sehat sambil mengangkat ekonomi bangsa. Indonesia punya semuanya mulai dari kekayaan hayati hingga kreativitas generasi mudanya. Kini saatnya superfood Nusantara mengambil panggung utama.
Penulis: Putri Mega Safithrih





